Rabu, 17 Juni 2015

KUNJUNGAN INDUSTRI ULAT SUTERA “PADEPOKAN DAYANG SUMBI”


LAPORAN
KUNJUNGAN INDUSTRI
ULAT SUTERA
“PADEPOKAN DAYANG SUMBI”


logo_UNJ-bw.png

Disusun Oleh :
Naifah Khairunnisa Imtiyaz                5525142868


PENDIDIKAN TATA BUSANA
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan industri tekstil semakin maju. Serat merupakan bahan awal pembuat tekstil, setelah dipintal menjadi benang. Namun, tidak semua serat dapat digunakan sebagai serat tekstil. Suatu serat dapat digunakan sebagai serat tekstil harus memenuhi persyaratan tertentu pada panjang, fleksibilitas, dan kekuatannya. Karena perbandingan antara panjang dan lebarnya merupakan karakteristik terpenting  dari serat, maka serat-serat buatan dibuat sedemikian rupa, sehingga memenuhi karakteristik tersebut.
            Serat tekstil sebagai bahan baku untuk industri tekstil memegang peranan yang sangat penting. Serat tekstil yang digunakan pada industri tekstil bermacam-macam jenisnya. Ada yang langsung diperoleh dari alam dan ada juga yang berupa serat buatan. Sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat menetukan sifat dari bahan tekstil jadinya.
            Pada laporan kunjungan industri ulat sutera “ Padepokan Dayang Sumbi” yang dilakukan oleh mahasiswi pendidikan tata busana UNJ 2014 ini, akan dibahas mengenai serat sutera yang merupakan serat alam berbentuk filamen berasal dari serat protein ulat sutera.
Pelaksanaan Kunjungan Industri
            Waktu pelaksanaan kunjungan industri dilakukan pada Jumat 7 November 2014, pukul 09.00 – 12.30 WIB.
Tujuan
            Industri Ulat Sutera “Padepokan Dayang Sumbi” Jalan Arcamanik Sindanglaya km.4 Kampung Pamoyanan, Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan, Bandung Timur 40196.






BAB II
PEMBAHASAN

Mengenal Ulat Sutera
Sejak zaman dahulu, ulat sutera diusahakan menusia untuk diambil seratnya sebagai bahan untuk membuat kain tenun sutera yang bermutu tinggi. Ulat sutera yang liar telah dibudidayakan menjadi serangga piaraan seperti yang dikenal dan diusahakan sekarang ini. Ulat sutera ini dikenal masyarakat umum sebagai ulat sutera Bombyx Mori. Usaha ini memerlukan ketekunan dan waktu yang cukup lama. Akhirnya, ulat sutera yang diusahakan ini dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang cukup tinggi.
Ulat sutera (Bombyx Mori) membutuhkan daun murbei sebagai makanannya. Sebelum memulai pemeliharaan ulat sutera, tanaman murbei harus sudah siap diambil daunnya sebagai bahan makanan. Ulat sutera yang sudah menjadi serangga piaraan sangat peka terhadap faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, pemeliharaan ulat sutera memerlukan tempat atau ruangan yang memiliki suhu dan kelembaban yang cocok dengan ulat sutera yang dipelihara.
Jenis – jenis Ulat Sutera
            Jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera alam berdasarkan kebiasaan hidupnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
1.      Ulat Sutera Liar ( Wild Silk ), yaitu ulat sutera yang biasa hidup bebas dibeberapa jenis pohon.
2.      Ulat Sutera Bombyx Mori yang biasa dipelihara di dalam ruangan dan merupakan penghasil utama sutera yang meliputi 95% produksi sutera dunia.

Ulat sutera yang tergolong sebagai ulat sutera liar adalah sebagai berikut :
1.      Philosamiaricini Hutt (Ulat Sutera Eri)
Ulat ini makan daun jarak ( Ricinus Comunnis L ) dan di India hasil suteranya disebut Sutera Eri.
2.      Antheariapernyi Guerin ( Ulat Sutera Tasar Cina )
Ulat ini makan daun Quercus sp. Dan sutera yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
3.      Anthereae yamamai Guerin ( Ulat Sutera Tasar Jepang )
Ulat ini makan daun Alianthus sp. Dan suteranya disebut Sutera Tasar.
4.      Antheraea mylitta Drury ( Ulat Sutera Tasar India )
Ulat ini makan daun ketapang ( Terminalia sp. ), meranti ( Shore sp. ) dan bungur ( Lagerstomeia sp. ). Sutera yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
           
            Jenis ulat sutera yang paling banyak dipelihara manusia untuk memproduksi bahan sutera alam adalah jenis Bombyx Mori. Ulat sutera ini makan daun murbei. (Morus sp. ). Ulat sutera Bombyx Mori ditemukan di Cina 3000 tahun sebelum masehi. Kata Bombyx berasal dari nama serangga penghasil serat yang termasuk dalam familia Bombycidae. Kata Mori berasal dari kata Morus (Murbei) yang daunnya merupakan makanan ulat ini. Pada daun murbei terdapat suatu zat perangsang berupa glukosida dan menyebabkan penolakan ulat memakan daun tumbuhan lain karena tidak adanya zat perangsang tersebut.
Ulat Sutera (Bombyx Mori)
1.      Sistematika
Sistematika Ulat Sutera (Bombyx Mori) adalah sebagai berikut;
Phyllum           :Arthopoda
Kelas               :Insecta
Ordo                :Lepidoptera
Famili              :Bombycidae
Genus              :Bombyx
Species            :Bombyx Mori L.
2.      Siklus Hidup
            Ulat Sutera (Bombyx Mori) termasuk serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosis sempurna, dimulai dari telur, ulat (larva), kepompong (pupa), dan kupu-kupu.
            Pada awalnya kupu-kupu betina akan bertelur. Ukuran telurnya kecil sekali, sekitar 0.4 mm. Setelah berumur 10-12 hari, telur akan menetas menjadi ulat kecil yang panjangnya mencapai 3 mm. Selama 3 hari ulat makan daun murbei dan kemudian ulat akan tidur serta berganti kulit. Selama masa hidupnya ulat mengalami 4 kali fase pergantian kulit dan 5 periode makan. Periode makan ini disebut “instar” . ulat akan makan daun sebanyak-banyaknya untuk persiapan metamorfosis menjadi kupu. Setelah mencapai instar 5, ulat akan berhenti makan dan mulai membuat kepompong selama 2-3 hari kemudian ulat bermetamorfosis menjadi kupu selama 11 hari. Kupu adalah tahapan terakhir dari proses metamorfosis.
            Ulat Sutera mengalami peralihan dari instar ke instar lainnya yang ditandai berhentinya makan, tidur, dan terjadinya pergantian kulit. Pada akhir instar ke 5, ulat akan membentuk kepompong atau kokon. Di dalam kokon, ia berubah menjadi pupa dan setelah menjadi kupu ia akan keluar dari kokon untuk melakukan perkawinan dan yang betina akan menghasilkan telur.
            Ulat yang keluar dari telur berwarna kehitaman atau coklat gelap, berkepala besar dan badannya masih tertutup bulu. Pada hari ke-2, badan ulat bertambah gemuk, berwarna kehijauan dan bulu-bulunya telah lepas (rontok). Kemudian, ulat berhenti makan dan memasuki masa istirahat yang diakhiri dengan pergantian kulit. Setelah pergantian kulit., ulat memasuki fase instar ke-2 dan seterusnya memasuki instar ke-3, ke-4, dan ke-5 yag masing-masing instar didahului dengan masa istirahat serta berganti kulit.
            Pada akhir instar ke-5 tidak terjadi pergantian kulit, tetapi badannya b erangsur-angsur kelihatan seolah tembus cahaya dan ulat berhenti makan. Ulat ini sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan membuat kokon. Ulat yang sudah siap membuat kokon disebut ulat yang sudah matang.
            Lama setiap periode instar tidak sama. Periode instar umumnya yang terpendek adalah instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, instar ke-4, dan instar ke-5. Masa istirahat ulat adalah sekitar 1 hari. Masa istirahat yang terpendek adalah pada instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, dan instar ke-4.
            Lama periode hidup, mulai dari saat lahir (telur menetas) sampai masa membuat kokon adalah sekitar 1 bulan, namun hal ini sebenarnya sangat dipengaruhi iklim dan suhu setempat.
            Selama 1 bulan tersebut pertumbuhan ulat sutera sangat pesat sehingga jika dibandingkan berat ulat sehari sebelum membuat kokon adalah sekitar 10.000 kali berat badan ulat yang baru lahir.

Pembentukan Serat Sutera
            Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar sutera (silk gland). Serat sutera merupakan serat double yang terdiri dari Fibroin dan Serisin.
a.       Bagian depan. Bagian ini merupakan saluran pengeluaran kelenjar yang terbuka pada ujungnya tepat dimulut larva.
b.      Bagian tengah. Bagian ini biasanya merupakan zat warna yang terbentuk bersama-sama Serisin (C15-H23-N5-O8) sebagai perekat yang meliputi sekitar 25% dari berat serat yang mudah larut dalam air panas.
c.       Bagian belakang. Bagian ini menghasilkan Fibroin (C15-H28-N5-O6) sebagai sutera cair yang meliputi 75%  bagian dari berat dan tidak larut dalam air panas.
            Benang sutera berasal dari beberapa serat yang di reeling menjadi satu. Serat sutera tahan temperatur hingga 1100 celcius. Pada temperatur 1300 celcius benang mulai terbakar. Benang sutera mempunyai kelembaban 10%-30% dan benang sutera yang sudah dikeringkan dapat juga mnyerap gas.
Kupu (Ngengat)
            Sesudah ulat sutera membentuk kepompong, yaitu setelah instar ke-5, sekitar 14 hari berikutnya terbentuklah kupu (ngengat) yang keluar dari dalam kepompong dengan cara melubangi kepompong. Selanjutnya, kupu betina yang telah kawin akan memproduksi telur.
Penggulungan Sutera
            Untuk produksi serat, pupa didalma kepompong harus dimatikan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari yang terik selama beberapa jam atau dipanasi dengan udara panas atau uap air selama 30 menit.
            Kepompong-kepompong perlu dipili-pilih dahulu sebelum dilakukan penggulungan serat suteranya. Pemilihan ini dilakukan menurut jenis, ukuran, dan warnanya. Kepompong yang baik dimasukkan ke dalam air panas untuk melunakkan serisinnya, kemudian disikat untuk mencari ujung filament suteranya. Biasanya 8-20 helai filament dirangkap menjadi satu benang dan diberi sedikit gintiran. Satu helai filament sutera terpanjangdapat mencapai 3000 meter, apabila dihasilkan dari kepompong yang sehat dan baik.
            Dikenal ada dua car penggulungan sutera, yaitu;
a.       Cara Chambon (Perancis)
b.      Cara Tavelle (Italia)
            Pada cara Perancis sekelompok filament dibelitkan pada kelompok filament yang lain, sehingga terbentuk gintiran pada masing-masing kelompok filament. Pada cara Italia, sekelompok filament digintir dengan cara melilitkan pada seutas tali.
Hasil Uji Mikroskop Serat Sutera
            Mengidentifikasi serat secara mikroskop dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu;
a.       Uji Penampang Serat secara Membujur
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bentuk penampang membujur serat sutera dibawah mikroskop, seperti garis-garis lurus pipa bening dengan pinggir garis lurus terdapat bintik-bntik halus.
b.      Uji Penampang Serat secara Melintang
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bentuk penampang melintang serat sutera dibawah mikroskop, berbentuk segi tiga dengan sudut-sudut membulat.

Penggunaan Sutera
            Karena sifat-sifatnya yang sangat baik, seperti kekuatannya tinggi, daya serapnya tinggi, pegangannya lembut, tahn kusut, kenampakannya mewah, maka sutera sangat banyak dipergunakan untuk pakaian , busana, benang jahit, benang jahit untuk operasi, untuk tekstil, dasi, kaus kaki, pakaian wanita, saputangan, dan lain sebagainya.




Lampiran
Siklus Hidup Ulat Sutera
    
                                    Berbagai Varietas Murbei                                                   Telur Ulat Sutera
         
                            Ulat Sutera Instar 1                                     Ulat Sutera Instar 2
  
                             Ulat Sutera Instar 3                                 Ulat Sutera Instar 5
 
                                    Pupa / Kepompong Ulat Sutera                                     Ngengat Ulat Sutera
                           
                                                                    Bareng Ulat Sutera
 
                                          Alat Reeling                                                             Proses Reeling
                                            Alat Tenun                                                                      Kain Sutera

 
                 Bareng Bu Iin Indriyani                                              Mahasiswi Pend. Tata Busana 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar