LAPORAN
KUNJUNGAN INDUSTRI
ULAT SUTERA
“PADEPOKAN DAYANG SUMBI”

Disusun
Oleh :
Naifah
Khairunnisa Imtiyaz 5525142868
PENDIDIKAN TATA BUSANA
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA -
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa
ini, pertumbuhan dan perkembangan industri tekstil semakin maju. Serat
merupakan bahan awal pembuat tekstil, setelah dipintal menjadi benang. Namun,
tidak semua serat dapat digunakan sebagai serat tekstil. Suatu serat dapat
digunakan sebagai serat tekstil harus memenuhi persyaratan tertentu pada
panjang, fleksibilitas, dan kekuatannya. Karena perbandingan antara panjang dan
lebarnya merupakan karakteristik terpenting
dari serat, maka serat-serat buatan dibuat sedemikian rupa, sehingga
memenuhi karakteristik tersebut.
Serat tekstil sebagai bahan baku
untuk industri tekstil memegang peranan yang sangat penting. Serat tekstil yang
digunakan pada industri tekstil bermacam-macam jenisnya. Ada yang langsung
diperoleh dari alam dan ada juga yang berupa serat buatan. Sifat serat tekstil
yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat
menetukan sifat dari bahan tekstil jadinya.
Pada laporan kunjungan industri ulat
sutera “ Padepokan Dayang Sumbi” yang dilakukan oleh mahasiswi pendidikan tata
busana UNJ 2014 ini, akan dibahas mengenai serat sutera yang merupakan serat
alam berbentuk filamen berasal dari serat protein ulat sutera.
Pelaksanaan Kunjungan Industri
Waktu
pelaksanaan kunjungan industri dilakukan pada Jumat 7 November 2014, pukul
09.00 – 12.30 WIB.
Tujuan
Industri Ulat Sutera “Padepokan
Dayang Sumbi” Jalan Arcamanik Sindanglaya km.4 Kampung Pamoyanan, Desa
Mekarmanik Kecamatan Cimenyan, Bandung Timur 40196.
BAB II
PEMBAHASAN
Mengenal Ulat Sutera
Sejak
zaman dahulu, ulat sutera diusahakan menusia untuk diambil seratnya sebagai
bahan untuk membuat kain tenun sutera yang bermutu tinggi. Ulat sutera yang
liar telah dibudidayakan menjadi serangga piaraan seperti yang dikenal dan
diusahakan sekarang ini. Ulat sutera ini dikenal masyarakat umum sebagai ulat
sutera Bombyx Mori. Usaha ini
memerlukan ketekunan dan waktu yang cukup lama. Akhirnya, ulat sutera yang
diusahakan ini dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang cukup tinggi.
Ulat
sutera (Bombyx Mori) membutuhkan daun murbei sebagai makanannya. Sebelum
memulai pemeliharaan ulat sutera, tanaman murbei harus sudah siap diambil
daunnya sebagai bahan makanan. Ulat sutera yang sudah menjadi serangga piaraan
sangat peka terhadap faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, pemeliharaan
ulat sutera memerlukan tempat atau ruangan yang memiliki suhu dan kelembaban
yang cocok dengan ulat sutera yang dipelihara.
Jenis – jenis Ulat Sutera
Jenis ulat sutera yang menghasilkan
sutera alam berdasarkan kebiasaan hidupnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
1. Ulat
Sutera Liar ( Wild Silk ), yaitu ulat sutera yang biasa hidup bebas dibeberapa
jenis pohon.
2. Ulat
Sutera Bombyx Mori yang biasa dipelihara di dalam ruangan dan merupakan
penghasil utama sutera yang meliputi 95% produksi sutera dunia.
Ulat
sutera yang tergolong sebagai ulat sutera liar adalah sebagai berikut :
1. Philosamiaricini Hutt (Ulat
Sutera Eri)
Ulat ini makan daun
jarak ( Ricinus Comunnis L ) dan di
India hasil suteranya disebut Sutera Eri.
2.
Antheariapernyi
Guerin ( Ulat Sutera Tasar Cina )
Ulat
ini makan daun Quercus sp. Dan sutera
yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
3.
Anthereae
yamamai Guerin ( Ulat Sutera Tasar Jepang )
Ulat
ini makan daun Alianthus sp. Dan
suteranya disebut Sutera Tasar.
4.
Antheraea
mylitta Drury ( Ulat Sutera Tasar India )
Ulat ini makan
daun ketapang ( Terminalia sp. ),
meranti ( Shore sp. ) dan bungur ( Lagerstomeia sp. ). Sutera yang
dihasilkan disebut Sutera Tasar.
Jenis ulat sutera yang paling banyak
dipelihara manusia untuk memproduksi bahan sutera alam adalah jenis Bombyx Mori. Ulat sutera ini makan daun
murbei. (Morus sp. ). Ulat sutera Bombyx Mori ditemukan di Cina 3000 tahun
sebelum masehi. Kata Bombyx berasal dari
nama serangga penghasil serat yang termasuk dalam familia Bombycidae. Kata Mori berasal dari kata Morus (Murbei) yang daunnya merupakan makanan ulat ini. Pada daun
murbei terdapat suatu zat perangsang berupa glukosida dan menyebabkan penolakan
ulat memakan daun tumbuhan lain karena tidak adanya zat perangsang tersebut.
Ulat Sutera (Bombyx Mori)
1.
Sistematika
Sistematika Ulat Sutera (Bombyx Mori) adalah sebagai berikut;
Phyllum :Arthopoda
Kelas :Insecta
Ordo :Lepidoptera
Famili :Bombycidae
Genus :Bombyx
Species :Bombyx Mori L.
2.
Siklus
Hidup
Ulat
Sutera (Bombyx Mori) termasuk
serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosis sempurna, dimulai dari
telur, ulat (larva), kepompong (pupa), dan kupu-kupu.
Pada
awalnya kupu-kupu betina akan bertelur. Ukuran telurnya kecil sekali, sekitar
0.4 mm. Setelah berumur 10-12 hari, telur akan menetas menjadi ulat kecil yang
panjangnya mencapai 3 mm. Selama 3 hari ulat makan daun murbei dan kemudian
ulat akan tidur serta berganti kulit. Selama masa hidupnya ulat mengalami 4
kali fase pergantian kulit dan 5 periode makan. Periode makan ini disebut
“instar” . ulat akan makan daun sebanyak-banyaknya untuk persiapan metamorfosis
menjadi kupu. Setelah mencapai instar 5, ulat akan berhenti makan dan mulai
membuat kepompong selama 2-3 hari kemudian ulat bermetamorfosis menjadi kupu
selama 11 hari. Kupu adalah tahapan terakhir dari proses metamorfosis.
Ulat
Sutera mengalami peralihan dari instar ke instar lainnya yang ditandai
berhentinya makan, tidur, dan terjadinya pergantian kulit. Pada akhir instar ke
5, ulat akan membentuk kepompong atau kokon. Di dalam kokon, ia berubah menjadi
pupa dan setelah menjadi kupu ia akan keluar dari kokon untuk melakukan
perkawinan dan yang betina akan menghasilkan telur.
Ulat
yang keluar dari telur berwarna kehitaman atau coklat gelap, berkepala besar
dan badannya masih tertutup bulu. Pada hari ke-2, badan ulat bertambah gemuk,
berwarna kehijauan dan bulu-bulunya telah lepas (rontok). Kemudian, ulat
berhenti makan dan memasuki masa istirahat yang diakhiri dengan pergantian
kulit. Setelah pergantian kulit., ulat memasuki fase instar ke-2 dan seterusnya
memasuki instar ke-3, ke-4, dan ke-5 yag masing-masing instar didahului dengan
masa istirahat serta berganti kulit.
Pada
akhir instar ke-5 tidak terjadi pergantian kulit, tetapi badannya b
erangsur-angsur kelihatan seolah tembus cahaya dan ulat berhenti makan. Ulat
ini sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan membuat kokon. Ulat yang sudah
siap membuat kokon disebut ulat yang sudah matang.
Lama
setiap periode instar tidak sama. Periode instar umumnya yang terpendek adalah
instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, instar ke-4, dan instar ke-5.
Masa istirahat ulat adalah sekitar 1 hari. Masa istirahat yang terpendek adalah
pada instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, dan instar ke-4.
Lama
periode hidup, mulai dari saat lahir (telur menetas) sampai masa membuat kokon
adalah sekitar 1 bulan, namun hal ini sebenarnya sangat dipengaruhi iklim dan
suhu setempat.
Selama
1 bulan tersebut pertumbuhan ulat sutera sangat pesat sehingga jika
dibandingkan berat ulat sehari sebelum membuat kokon adalah sekitar 10.000 kali
berat badan ulat yang baru lahir.
Pembentukan Serat Sutera
Serat sutera dihasilkan oleh
sepasang kelenjar sutera (silk gland). Serat sutera merupakan serat double yang
terdiri dari Fibroin dan Serisin.
a.
Bagian depan. Bagian ini merupakan
saluran pengeluaran kelenjar yang terbuka pada ujungnya tepat dimulut larva.
b.
Bagian tengah. Bagian ini biasanya
merupakan zat warna yang terbentuk bersama-sama Serisin (C15-H23-N5-O8) sebagai
perekat yang meliputi sekitar 25% dari berat serat yang mudah larut dalam air
panas.
c.
Bagian belakang. Bagian ini menghasilkan
Fibroin (C15-H28-N5-O6) sebagai sutera cair yang meliputi 75% bagian dari berat dan tidak larut dalam air
panas.
Benang sutera berasal dari beberapa
serat yang di reeling menjadi satu. Serat sutera tahan temperatur hingga 1100
celcius. Pada temperatur 1300 celcius benang mulai terbakar. Benang sutera
mempunyai kelembaban 10%-30% dan benang sutera yang sudah dikeringkan dapat
juga mnyerap gas.
Kupu (Ngengat)
Sesudah ulat sutera membentuk
kepompong, yaitu setelah instar ke-5, sekitar 14 hari berikutnya terbentuklah
kupu (ngengat) yang keluar dari dalam kepompong dengan cara melubangi
kepompong. Selanjutnya, kupu betina yang telah kawin akan memproduksi telur.
Penggulungan Sutera
Untuk
produksi serat, pupa didalma kepompong harus dimatikan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari yang terik selama beberapa jam atau dipanasi dengan
udara panas atau uap air selama 30 menit.
Kepompong-kepompong perlu
dipili-pilih dahulu sebelum dilakukan penggulungan serat suteranya. Pemilihan
ini dilakukan menurut jenis, ukuran, dan warnanya. Kepompong yang baik
dimasukkan ke dalam air panas untuk melunakkan serisinnya, kemudian disikat
untuk mencari ujung filament suteranya. Biasanya 8-20 helai filament dirangkap
menjadi satu benang dan diberi sedikit gintiran. Satu helai filament sutera
terpanjangdapat mencapai 3000 meter, apabila dihasilkan dari kepompong yang
sehat dan baik.
Dikenal ada dua car penggulungan
sutera, yaitu;
a.
Cara Chambon (Perancis)
b.
Cara Tavelle (Italia)
Pada cara Perancis sekelompok
filament dibelitkan pada kelompok filament yang lain, sehingga terbentuk
gintiran pada masing-masing kelompok filament. Pada cara Italia, sekelompok
filament digintir dengan cara melilitkan pada seutas tali.
Hasil Uji Mikroskop Serat Sutera
Mengidentifikasi serat secara
mikroskop dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu;
a.
Uji Penampang Serat secara Membujur
Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa bentuk penampang membujur serat sutera dibawah
mikroskop, seperti garis-garis lurus pipa bening dengan pinggir garis lurus
terdapat bintik-bntik halus.
b.
Uji Penampang Serat secara Melintang
Hasil
identifikasi menunjukkan bahwa bentuk penampang melintang serat sutera dibawah
mikroskop, berbentuk segi tiga dengan sudut-sudut membulat.
Penggunaan Sutera
Karena sifat-sifatnya yang sangat
baik, seperti kekuatannya tinggi, daya serapnya tinggi, pegangannya lembut,
tahn kusut, kenampakannya mewah, maka sutera sangat banyak dipergunakan untuk
pakaian , busana, benang jahit, benang jahit untuk operasi, untuk tekstil,
dasi, kaus kaki, pakaian wanita, saputangan, dan lain sebagainya.
Lampiran

Siklus Hidup Ulat Sutera


Berbagai
Varietas Murbei
Telur Ulat Sutera


Ulat Sutera Instar
1 Ulat
Sutera Instar 2


Ulat Sutera Instar
3 Ulat Sutera Instar 5


Pupa /
Kepompong Ulat Sutera Ngengat Ulat Sutera


Bareng Ulat Sutera


Alat Reeling Proses Reeling


Alat Tenun Kain
Sutera


Bareng Bu Iin Indriyani Mahasiswi Pend. Tata Busana
2014