Rabu, 17 Juni 2015

KUNJUNGAN INDUSTRI ULAT SUTERA “PADEPOKAN DAYANG SUMBI”


LAPORAN
KUNJUNGAN INDUSTRI
ULAT SUTERA
“PADEPOKAN DAYANG SUMBI”


logo_UNJ-bw.png

Disusun Oleh :
Naifah Khairunnisa Imtiyaz                5525142868


PENDIDIKAN TATA BUSANA
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Dewasa ini, pertumbuhan dan perkembangan industri tekstil semakin maju. Serat merupakan bahan awal pembuat tekstil, setelah dipintal menjadi benang. Namun, tidak semua serat dapat digunakan sebagai serat tekstil. Suatu serat dapat digunakan sebagai serat tekstil harus memenuhi persyaratan tertentu pada panjang, fleksibilitas, dan kekuatannya. Karena perbandingan antara panjang dan lebarnya merupakan karakteristik terpenting  dari serat, maka serat-serat buatan dibuat sedemikian rupa, sehingga memenuhi karakteristik tersebut.
            Serat tekstil sebagai bahan baku untuk industri tekstil memegang peranan yang sangat penting. Serat tekstil yang digunakan pada industri tekstil bermacam-macam jenisnya. Ada yang langsung diperoleh dari alam dan ada juga yang berupa serat buatan. Sifat serat tekstil yang digunakan akan mempengaruhi proses pengolahannya dan juga akan sangat menetukan sifat dari bahan tekstil jadinya.
            Pada laporan kunjungan industri ulat sutera “ Padepokan Dayang Sumbi” yang dilakukan oleh mahasiswi pendidikan tata busana UNJ 2014 ini, akan dibahas mengenai serat sutera yang merupakan serat alam berbentuk filamen berasal dari serat protein ulat sutera.
Pelaksanaan Kunjungan Industri
            Waktu pelaksanaan kunjungan industri dilakukan pada Jumat 7 November 2014, pukul 09.00 – 12.30 WIB.
Tujuan
            Industri Ulat Sutera “Padepokan Dayang Sumbi” Jalan Arcamanik Sindanglaya km.4 Kampung Pamoyanan, Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan, Bandung Timur 40196.






BAB II
PEMBAHASAN

Mengenal Ulat Sutera
Sejak zaman dahulu, ulat sutera diusahakan menusia untuk diambil seratnya sebagai bahan untuk membuat kain tenun sutera yang bermutu tinggi. Ulat sutera yang liar telah dibudidayakan menjadi serangga piaraan seperti yang dikenal dan diusahakan sekarang ini. Ulat sutera ini dikenal masyarakat umum sebagai ulat sutera Bombyx Mori. Usaha ini memerlukan ketekunan dan waktu yang cukup lama. Akhirnya, ulat sutera yang diusahakan ini dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang cukup tinggi.
Ulat sutera (Bombyx Mori) membutuhkan daun murbei sebagai makanannya. Sebelum memulai pemeliharaan ulat sutera, tanaman murbei harus sudah siap diambil daunnya sebagai bahan makanan. Ulat sutera yang sudah menjadi serangga piaraan sangat peka terhadap faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, pemeliharaan ulat sutera memerlukan tempat atau ruangan yang memiliki suhu dan kelembaban yang cocok dengan ulat sutera yang dipelihara.
Jenis – jenis Ulat Sutera
            Jenis ulat sutera yang menghasilkan sutera alam berdasarkan kebiasaan hidupnya dibagi dalam dua kelompok, yaitu :
1.      Ulat Sutera Liar ( Wild Silk ), yaitu ulat sutera yang biasa hidup bebas dibeberapa jenis pohon.
2.      Ulat Sutera Bombyx Mori yang biasa dipelihara di dalam ruangan dan merupakan penghasil utama sutera yang meliputi 95% produksi sutera dunia.

Ulat sutera yang tergolong sebagai ulat sutera liar adalah sebagai berikut :
1.      Philosamiaricini Hutt (Ulat Sutera Eri)
Ulat ini makan daun jarak ( Ricinus Comunnis L ) dan di India hasil suteranya disebut Sutera Eri.
2.      Antheariapernyi Guerin ( Ulat Sutera Tasar Cina )
Ulat ini makan daun Quercus sp. Dan sutera yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
3.      Anthereae yamamai Guerin ( Ulat Sutera Tasar Jepang )
Ulat ini makan daun Alianthus sp. Dan suteranya disebut Sutera Tasar.
4.      Antheraea mylitta Drury ( Ulat Sutera Tasar India )
Ulat ini makan daun ketapang ( Terminalia sp. ), meranti ( Shore sp. ) dan bungur ( Lagerstomeia sp. ). Sutera yang dihasilkan disebut Sutera Tasar.
           
            Jenis ulat sutera yang paling banyak dipelihara manusia untuk memproduksi bahan sutera alam adalah jenis Bombyx Mori. Ulat sutera ini makan daun murbei. (Morus sp. ). Ulat sutera Bombyx Mori ditemukan di Cina 3000 tahun sebelum masehi. Kata Bombyx berasal dari nama serangga penghasil serat yang termasuk dalam familia Bombycidae. Kata Mori berasal dari kata Morus (Murbei) yang daunnya merupakan makanan ulat ini. Pada daun murbei terdapat suatu zat perangsang berupa glukosida dan menyebabkan penolakan ulat memakan daun tumbuhan lain karena tidak adanya zat perangsang tersebut.
Ulat Sutera (Bombyx Mori)
1.      Sistematika
Sistematika Ulat Sutera (Bombyx Mori) adalah sebagai berikut;
Phyllum           :Arthopoda
Kelas               :Insecta
Ordo                :Lepidoptera
Famili              :Bombycidae
Genus              :Bombyx
Species            :Bombyx Mori L.
2.      Siklus Hidup
            Ulat Sutera (Bombyx Mori) termasuk serangga yang selama hidupnya mengalami metamorfosis sempurna, dimulai dari telur, ulat (larva), kepompong (pupa), dan kupu-kupu.
            Pada awalnya kupu-kupu betina akan bertelur. Ukuran telurnya kecil sekali, sekitar 0.4 mm. Setelah berumur 10-12 hari, telur akan menetas menjadi ulat kecil yang panjangnya mencapai 3 mm. Selama 3 hari ulat makan daun murbei dan kemudian ulat akan tidur serta berganti kulit. Selama masa hidupnya ulat mengalami 4 kali fase pergantian kulit dan 5 periode makan. Periode makan ini disebut “instar” . ulat akan makan daun sebanyak-banyaknya untuk persiapan metamorfosis menjadi kupu. Setelah mencapai instar 5, ulat akan berhenti makan dan mulai membuat kepompong selama 2-3 hari kemudian ulat bermetamorfosis menjadi kupu selama 11 hari. Kupu adalah tahapan terakhir dari proses metamorfosis.
            Ulat Sutera mengalami peralihan dari instar ke instar lainnya yang ditandai berhentinya makan, tidur, dan terjadinya pergantian kulit. Pada akhir instar ke 5, ulat akan membentuk kepompong atau kokon. Di dalam kokon, ia berubah menjadi pupa dan setelah menjadi kupu ia akan keluar dari kokon untuk melakukan perkawinan dan yang betina akan menghasilkan telur.
            Ulat yang keluar dari telur berwarna kehitaman atau coklat gelap, berkepala besar dan badannya masih tertutup bulu. Pada hari ke-2, badan ulat bertambah gemuk, berwarna kehijauan dan bulu-bulunya telah lepas (rontok). Kemudian, ulat berhenti makan dan memasuki masa istirahat yang diakhiri dengan pergantian kulit. Setelah pergantian kulit., ulat memasuki fase instar ke-2 dan seterusnya memasuki instar ke-3, ke-4, dan ke-5 yag masing-masing instar didahului dengan masa istirahat serta berganti kulit.
            Pada akhir instar ke-5 tidak terjadi pergantian kulit, tetapi badannya b erangsur-angsur kelihatan seolah tembus cahaya dan ulat berhenti makan. Ulat ini sudah mulai mengeluarkan serat sutera dan membuat kokon. Ulat yang sudah siap membuat kokon disebut ulat yang sudah matang.
            Lama setiap periode instar tidak sama. Periode instar umumnya yang terpendek adalah instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, instar ke-4, dan instar ke-5. Masa istirahat ulat adalah sekitar 1 hari. Masa istirahat yang terpendek adalah pada instar ke-2, kemudian instar ke-1, instar ke-3, dan instar ke-4.
            Lama periode hidup, mulai dari saat lahir (telur menetas) sampai masa membuat kokon adalah sekitar 1 bulan, namun hal ini sebenarnya sangat dipengaruhi iklim dan suhu setempat.
            Selama 1 bulan tersebut pertumbuhan ulat sutera sangat pesat sehingga jika dibandingkan berat ulat sehari sebelum membuat kokon adalah sekitar 10.000 kali berat badan ulat yang baru lahir.

Pembentukan Serat Sutera
            Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar sutera (silk gland). Serat sutera merupakan serat double yang terdiri dari Fibroin dan Serisin.
a.       Bagian depan. Bagian ini merupakan saluran pengeluaran kelenjar yang terbuka pada ujungnya tepat dimulut larva.
b.      Bagian tengah. Bagian ini biasanya merupakan zat warna yang terbentuk bersama-sama Serisin (C15-H23-N5-O8) sebagai perekat yang meliputi sekitar 25% dari berat serat yang mudah larut dalam air panas.
c.       Bagian belakang. Bagian ini menghasilkan Fibroin (C15-H28-N5-O6) sebagai sutera cair yang meliputi 75%  bagian dari berat dan tidak larut dalam air panas.
            Benang sutera berasal dari beberapa serat yang di reeling menjadi satu. Serat sutera tahan temperatur hingga 1100 celcius. Pada temperatur 1300 celcius benang mulai terbakar. Benang sutera mempunyai kelembaban 10%-30% dan benang sutera yang sudah dikeringkan dapat juga mnyerap gas.
Kupu (Ngengat)
            Sesudah ulat sutera membentuk kepompong, yaitu setelah instar ke-5, sekitar 14 hari berikutnya terbentuklah kupu (ngengat) yang keluar dari dalam kepompong dengan cara melubangi kepompong. Selanjutnya, kupu betina yang telah kawin akan memproduksi telur.
Penggulungan Sutera
            Untuk produksi serat, pupa didalma kepompong harus dimatikan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari yang terik selama beberapa jam atau dipanasi dengan udara panas atau uap air selama 30 menit.
            Kepompong-kepompong perlu dipili-pilih dahulu sebelum dilakukan penggulungan serat suteranya. Pemilihan ini dilakukan menurut jenis, ukuran, dan warnanya. Kepompong yang baik dimasukkan ke dalam air panas untuk melunakkan serisinnya, kemudian disikat untuk mencari ujung filament suteranya. Biasanya 8-20 helai filament dirangkap menjadi satu benang dan diberi sedikit gintiran. Satu helai filament sutera terpanjangdapat mencapai 3000 meter, apabila dihasilkan dari kepompong yang sehat dan baik.
            Dikenal ada dua car penggulungan sutera, yaitu;
a.       Cara Chambon (Perancis)
b.      Cara Tavelle (Italia)
            Pada cara Perancis sekelompok filament dibelitkan pada kelompok filament yang lain, sehingga terbentuk gintiran pada masing-masing kelompok filament. Pada cara Italia, sekelompok filament digintir dengan cara melilitkan pada seutas tali.
Hasil Uji Mikroskop Serat Sutera
            Mengidentifikasi serat secara mikroskop dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu;
a.       Uji Penampang Serat secara Membujur
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bentuk penampang membujur serat sutera dibawah mikroskop, seperti garis-garis lurus pipa bening dengan pinggir garis lurus terdapat bintik-bntik halus.
b.      Uji Penampang Serat secara Melintang
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa bentuk penampang melintang serat sutera dibawah mikroskop, berbentuk segi tiga dengan sudut-sudut membulat.

Penggunaan Sutera
            Karena sifat-sifatnya yang sangat baik, seperti kekuatannya tinggi, daya serapnya tinggi, pegangannya lembut, tahn kusut, kenampakannya mewah, maka sutera sangat banyak dipergunakan untuk pakaian , busana, benang jahit, benang jahit untuk operasi, untuk tekstil, dasi, kaus kaki, pakaian wanita, saputangan, dan lain sebagainya.




Lampiran
Siklus Hidup Ulat Sutera
    
                                    Berbagai Varietas Murbei                                                   Telur Ulat Sutera
         
                            Ulat Sutera Instar 1                                     Ulat Sutera Instar 2
  
                             Ulat Sutera Instar 3                                 Ulat Sutera Instar 5
 
                                    Pupa / Kepompong Ulat Sutera                                     Ngengat Ulat Sutera
                           
                                                                    Bareng Ulat Sutera
 
                                          Alat Reeling                                                             Proses Reeling
                                            Alat Tenun                                                                      Kain Sutera

 
                 Bareng Bu Iin Indriyani                                              Mahasiswi Pend. Tata Busana 2014

Kunjungan Industri Wisata Batik Komar Bandung


LAPORAN
KUNJUNGAN INDUSTRI
WISATA BATIK KOMAR


logo_UNJ-bw.png

Disusun Oleh :
Naifah Khairunnisa Imtiyaz                5525142868



PENDIDIKAN TATA BUSANA
ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Salah satu motif tekstil khas Indonesia adalah batik. Perkembangan batik dari masa ke masa telah mengalami berbagai perubahan yang lebih beragam. Batik yang pada mulanya hanya dikenal berfungsi sebagai sinjang dan selendang, sesuai dengan perkembangan jaman, kini batik telah banyak mengalami pengayaan dan penggayaan fungsi. Batik bukan sekedar ornamentasi dan motif, ia adalah proses komposisional dari bentuk visual berpola yang memiliki arti dan makna.
            Membatik saat ini menjadi salah satu peluang pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja. Meskipun secara signifikan kesejahteraan pengrajin batik belum membaik, namun peningkatan kualitas hubungan kerja antara pengrajin dan pemilik usaha dalam proses berkembang ke arah yang lebih baik. Di Indonesia terdapat perajin batik yang jumlahnya mencapai 100.000 lebih yang tersebar di beberapa wilayah pembatikan lama maupun baru. Wilayah pembatikan yang tergolong lama diantaranya adalahJawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan sebagian di wilayah Sumatera. Perkembangan dan kebutuhan yang makin meningkat akan sandang berlatar seni kriya tekstil, maka muncul beberapa daerah pembatikan baru. Batik khususnya di wilayah Jawa Barat kini telah terdapat di 24 daerah pembatikan yang menyebar mulai dari Cirebon, Indramayu, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Bandung, Cimahi, Subang, Banjar, Bekasi, Bogor, dan Sukabumi. Wilayah batik di luar jawa diantaranya ada di Aceh, Medan, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Tanjung Pinang, Makassar, Polewali mandar, Kalimantan Timur, hingga ke Papua.
            Banyak daerah penghasil batik seperti yang disebut sebelumnya, dengan berbagai variasi motif dan warna yang menjadi ciri khas batik masing-masing daerah. Berangkat dari perjalanan kunjungan industri yang dilakukan mahasiswi pendidikan tata busana UNJ 2014 dalam Wisata Batik Komar, penulis ingin mengulas beberapa bahasan pada laporan kunjungan mengenai batik dari perajin Bandung, yaitu Batik Komar sebagai salah satu perwakilan perajin batik di Indonesia.
Pelaksanaan Kunjungan Industri
            Waktu pelaksanaan kunjungan industri dilakukan pada Jumat 7 November 2014 pukul 15.30 – 17.30 WIB.
Tujuan
            Industri Batik Komar, Jalan Cigadung Raya Timur 1 No. 5, Bandung.

BAB II
PEMBAHASAN

Esensi Batik
            Berdasarkan hasil konvensi Batik RSNI ( Rancangan Standarisasi Nasional Indonesia ) di Yogyakarta 2013, telah disepakati bahwa batik adalah kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan secara perintangan menggunakan malam (lilin batik) panas sebagai perintang warna dengan alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk membentuk motif tertentu yang memiliki makna.
            Batik pada umumnya dikenal dengan 3 kualitas yang berbeda, pertama adalah Batik Tulis yang proses pengerjaannya menggunakan alat yang berupa canting tulis. Kedua adalah Batik Cap yang proses pengerjaannya dengan menggunakan canting cap yang terbuat dari tembaga ataupun media lain seperti kayu, paku, dll. Batik Kombinasi adalah kombinasi dari kedua teknik Cap dan Tulis. Bahan dasar kain batik harus terbuat dari serat alam seperti katun, sutera, rami, woll, serat nanas, serat pisang, kenaf, dll.
Motif Batik
            Indonesia memiliki banyak ribuan jenis motif batik di tiap-tiap daerah dan memiliki keunikan yang sangat bervariasi dan mudah dikenali dari bentuk corak dan ragam hiasnya.
                        Beberapa motif batik yang berasal dari wilayah Jawa Tengah diantaranya motif Teruntum, Wahyu Temurun, Parang Rusak, Parang Klitik, sido Mukti, Sido Luhur, Kawung, Sawat Romo, Sawat Garuda, Nitik Sekar, Udan Liris, Kembang Kantil, dll.
            Motif- motif batik Jawa Barat seperti Megamendung, Wadasan, Sawat Penganten, Patran Kangkung, Patran Keris, Paksinagaliman, Taman Arum Sunyaragi, Banjar Balong, Singan Payung, Panji Semirang, Ayam Alas, Taman Teratai, Merak Ngibing, Bulu Hayam, Lereng Biji Timun, Sidamukti Payung, Lereng Areuy, Bango Rawa, Lereng Adumanis, Singkong Cirendeu, Lereng Kujang, Lereng Bambu, Curug Cimahi, Kijang Kujang, Beasan, Kecapi Suling, Cupat Manggu, Parang Sontak, Batu Hiu, Kurung Hayam, Cangkurileung Patrakomala, Kembang Kimerak, dll.
            Motif-motif batik dari berbagai daerah yang ada di Jawa Barat sebagian sudah didaftarkan ke Direktorat HAKI, sebagai kekayaan lokal daerahnya masing-masing yang dilindungi oleh Pemerintah Kabupaten Kota. Batik Komar telah mendapatkan Sertifikat pendaftaran motif batik sebanyak 150 desain.


Sekilas Sejarah Batik Komar
            H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds (45) bersama istri Hj. Nuryanti Widya (42), lahir dan dibesarkan di daerah Trusmi Plered Cirebon, tepatnya terlahir dari lingkungan keluarga pengrajin Batik Tradisional Cirebonan. Batik Komar didirikan pada tahun 1998 di kota Bandung. Mengawali bisnis batik dengan cara berkeliling mendatangi showroom dan pedagang batik sekitar Jakarta. Pada awalnya batik yang dijual masih merupakan produksi keluarga yang ada di desa Trusmi Plered Cirebon atau yang dikenal dengan Batik Cirebon. Seiring dengan permintaan pelanggan yang menginginkan produksi desain batik yang berbeda dari kebiasaaan batik Cirebonan, kemudian Komar mulai belajar membuat beberapa desain batik dengan tema yang baru dan orisinil tanpa menggunakan ragam hias khas batik Cirebonan. Pada akhir tahun 1997, berhasil mendapatkan juara pertama pada Festival Lomba Cipta Selendang Batik Internasional di Yogyakarta yang diadakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) dan Kementerian Parpostel. Keberhasilan sebagai penyandang juara pertama lomba batik mengantarkan untuk dapat bertemu dengan presiden dan para pejabat negara pecinta kain batik. Karya batik yang monumental yang pernah dibuat adalah batik “Terpanjang di Dunia”, panjang kain batik mencapai 446,6 meter tanpa sambungan dengan 407 motif batik dari Sabang hingga Papua dengan 112 komposisi warna berbahan dasar sutera tenun khas Majalaya- Bandung. Kain batik tersebut pernah digelar mengelilingi Gedung Sate pusat pemerintahan Propinsi Jawa Barat dan mendapatkan penghargaan MURI, untuk pembuatannya disponsori YBI dengan harga Rp 400 juta. Kain batik panjang ini juga pernah beberapa kali dipamerkan dan digelar di Jakarta. Pernah menerima beberapa penghargaan dari Pemerintah Indonesia seperti Paramakarya, Upakarti, BNSP Award, Archipelago Award, dll. Untuk saat ini Batik Komar memiliki 300 pekerja terampil di bidang batik, di Bandung dan Cirebon.
            Wilayah pemasaran produk Batik Komar hampir ke seluruh penjuru Nusantara Indonesia. Ekspor batiknya ke Negara Jepang sudah berjalan 8 tahun berupa bahan Kimono dan Obi, 2 tahun ke Newyork Amerika. Pengalaman berpameran sejak tahun 1999 keliling Asia Tenggara, ke beberapa Negara Eropa dan Amerika. Kegiatan organisasi, pengurus pusat Yayasan Batik Indonesia (YBI) dan ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB). Kegiatan lainnya memberikan pelatihan dan kursus membatik diberbagai wilayah nusantara.
            Latar belakang pendidikan H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds ; S1 Hubungan Politik FISIP – UNPAD, S2 Magister Desain FSRD – ITB, S3 FSRD-ITB (sedang berjalan).
Proses Pembuatan Batik
a.      Persiapan Bahan dan Gambar
            Ketika membuat batik, yang pertama harus dipersiapkan adalah menyiapkan bahan dasar kain batik. Jenis kain yang dapta digunakan untuk membuat batik adalah bahan yang terbuat dari serat alam. Tidak boleh menggunakan kain yang berbahan  dasar dari serat sintetis (polyester). Berikutnya adalah membuat gambar dasar (ragam hias batik) atau sket yang bisa dikerjakan dengan menggunakan kertas kerja (kertas minyak atau kalkir). Ukuran gambar untuk sketsa batik cap adalah 18X18 cm (ukuran standar) sedangkan untuk sketsa batik tulis 75X100cm (A10). Gambar boleh bertema apa saja (flora, fauna, kartun, dll), dengan ukuran gambar yang masih wajar bisa ditulis dengan canting atau ditempelkan dengan menggunakan cap.
b.     Proses Pelilinan
            Lilin batik terdiri dari tujuh komponen, yaitu;
1.      Beeswax (lilin madu)
2.      Parafin (hasil penyulingan minyak bumi)
3.      Gondorukem (hasil getah pohon pinus)
4.      Lilin dadu (lilin sisa pelorodan)
5.      Microwax (parafin berkualitas bagus)
6.      Mata Kucing (getah pohon damar)
7.      Kendal (lemak kerbau)
            Untuk menempelkan lilin / malam pada kain bisa dengan menggunakan alat canting atau cap pada umumnya terbuat dari bahan tembaga. Menggambar bisa langsung diatas permukaan kain dengan menggunakan pensil atau ballpoint yang tintanya mudah luntur. Bisa juga dengan bantuan meja kerja dengan permukaan menggunakan kaca yang di dalamnya ada lampunya (meja tracer). Pada jaman dahulu proses pemberian motif langsung dengan menggunakan lilin yang dituliskan langsung pada kain ngerujag atau ngelengreng, biasanya dikerjakan oleh kaum lelaki.
c.      Proses Pewarnaan
            Setelah dilakukan pelilinan atau penempelan malam pada kain, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan. Zat yang digunakan bisa dengan warna alam maupun warna sintetis, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Setelah pewarnaan selesai, semua permukaan atau sebagian gambar diberi warna. Selanjutnya akn diberi pelilinan berikutnya.
            Sebelum kain akan diberi warna disarankan sebaiknya harus diproses mordanting yaitu direndam terlebih dahulu dengan air sabunatau diberi TRO (Turkish Red Oil) bahn dasar untuk membuat sabun, tujuannya agar kain siap menerima warna.
            Zat warna yang digunakan dalam pengerjaan batik cap maupun tulis sebagai berikut;
1.      Zat Warna Alam ( akar mengkudu, kulit secang, kelit mahoni, tegeran, daun mangga, dll )
2.      Zat Warna Sintetis (zat warna buatan atau juga dikenal dengan zat warna kimia sintetis) terdiri dari kelompok zat pewarna naphtol, zat pewarna indigosol, dan zat pewarna reaktif.
d.     Proses Penembokan
            Proses penembokan adalah menutup bagian-bagian motif (ornament) yang sudah atau telah diberi warna. Penutupan bisa sebagian ataupun keseluruhan gambar sesuai dengan kebutuhan. Tujuannya, agar bagian-bagian motif yang telah diberi warna asal (warna pertama) tidak tertimpa oleh warna-warna berikutnya. Selanjutnya adalah proses pewarnaan (dicelup atau dikuas), serta bisa diulang-ulang seperti proses sebelumnya sesuai dengan kebutuhan.
e.      Proses Pelorodan
            Peleburan lilin dikenal dengan proses pelorodan. Lilin yang menempel pada permukaan kain akan luntur setelah dimasukkan dalam drum yang berisi air mendidih. Untuk memudahkan pelunturan lilin biasanya ditambahkan soda Ash secukupnya, misal 200mg untuk 20 liter air. Kemudian setelah dilakukan pelorodan sebaiknya kain segera dibilas dengan air bersih, agar lilin yang menempel pada kain tidak melekat ketika kain dijemur.
Produk – Produk Batik
            Produk – produk batik diantaranya kain sarung + selendang, kain panjang, bahan kemeja, bahan scraft, bahan blus, bahan stola, produk keperluan rumah tangga (taplak meja makan, sarung bantal, table runner, hiasan dinding, dll)
Design Batik Komar
            Beberapa tema desain Batik Komar diantaranya adalah Ragam Hias Moluska, Kristal Air, Antares, Sekar Jagad Latar Belah Ketupat, Pamor Keris, Lipatan Kain, Serial Binatang Laut Dalam, Serial Binatang Buas, Serial Bururng Besar, Serial Batik Legenda, Megamendung kombinasi ragam hias ukir nusantara, dan beberapa desain khusus untuk wilayah pembatikan baru di luar Jawa.
            Jumlah desain batik yang sudah dibuat sejak awal tahun 1998 hingga sekarang lebih dari 10.000 desain batik cap dan batik tulis, dan terdokumentasi dengan baik dalam beberapa koleksi buku sketsa desain batik dan beberapa buku koleksi produk batik (dummy book).
            Batik Komar menerima pesanan batik dengan desain-desain khusus (customize design) untuk diproduksi proses batik tulis dan batik cap serta produksi tekstil bercorak batik.











Lampiran
 
          Pemberian Materi Wisata Batik Komar                 Beberapa Bahan Dasar Pembuat Malam / Lilin
   
                    Latihan Membuat Batik Cap                                                      Canting Cap